Sunday 13 September 2009

Untunglah, saya diberi kesempatan untuk belajar di kampus biru Gadjah Mada di jurusan Antropologi Budaya. Lumayan beruntung ( walo kalo menurut saya tidak beruntung.. hehe ) bisa belajar di sini.. Ak memang sejak dulu sangat menerima apa itu perbedaan, keanehan, dan hal hal yang nggak biasa di mata orang orang. Kebetulan, di Ilmu Antropologi mempelajari apa itu yang dinamakan etnosains dan etnosentris. Etnosains digunakan dalam metode penelitian antropologi karena ia memandang suatu kebudayaan masyarakat dari sudut pandang kebudayaan itu sendiri. Jadi nilai baik dan buruk itu relatif. Tidak bisa dinilai menurut pribadi kita sendiri. Sedangkan Etnosentris, sangat dihindari dalam melakukan penelitian, karena etnosentris memandang kebudayan dari sudut pandang kita atau si peneliti.
Diadopsi dari hal tersebut, saya kemudian menjadi paham terhadap perbedaan di sekeliling saya. Malah kemudian menjadi bangga akan difersity ini..
Negara kita saja sangat menghargai perbedaan.
Nah, implikasinya ketika ak kemaren sempat sholat jumat di daerah pogung. Masjidnya sih nggak terlalu besar, tetapi masjid ini dilengkapi AC. Khatib naik mimbar pukul 12.20, kemudian mengucapkan salam yang setelah itu dilanjutkan adzan. Nah, yang gak biasa di sini, khatibnya kutbah menggunakan bahasa arab. Jelas saja saya tidak paham.. hahaha. Jadi ya tetap saja mendengarkan walaupun nggak ngerti maksudnya.
Dulu juga pernah ada pengalaman lain ketika ak ke mojokerto bertandang ke rumah temen. Di sana kalo shalat jumat ada ritual penyerahan tongkat antara muadzin dengan khatib. Tongkat ini dari kayu, tinggi dan besar. Pada bagian atasnya ada pahatannya.
Dan tentu saja ketika iktidal, membaca doa kunut.
Bagi aku, mungkin saja itu hal yang tidak biasa .. . Mungkin juga akan tersa aneh ketika pertama kali. Tetapi, aku tidak pernah terlalu mempermasalahkan hal tersebut..

0 Comments:

Post a Comment



By :
Free Blog Templates