Marching Band UGM atau yang sering disingkat menjadi MBUGM ini merupakan salah satu unit kegiatan kemahasiswaan di Universitas Gadjah Mada yang bergerak dibidang seni. Berdiri sejak tahun 1979 dalam rangka mengembangkan kreatifitas dan bakat mahasiswanya. Kebetulan, gue diberi kesempatan buat gabung di MB ini sejak tahun 2007. Kebetulan dari pihak humas ada yang nawarin gue buat gabung ama tim ini buat main di GPMB 23, atau GPMB 2007. Banyak cerita yang mewarnai selama bermain di band almamater gue ini. Dari mulai kesel sejak kesan pertama dateng ke latihan mereka, kegilaan bersama teman2 CG, Bete sama pelatih yang emosian, sampai kisah cinta yang mewarnai gue selama main di sana. Sampai saat ini gue bangga banget gabung ama band ini. Mencoba sedikit memperbaiki kesan gak enak di mata temen2 band lain yang katanya MB UGM tuh terkesan "eksklusif", sombong, dll. Gue percaya mereka menilai pasti ada sebabnya dong. Gimana enggak, gue aja yang juga gabung di band ini pernah dibikin kesel kok. Apalagi mereka yang melihat dari luar. Band yang sangat khas akan style mereka ini sempat bikin gue stress dengan regulaisi mereka yang terkesan "nggak banget" kalo baru pertama kali masuk. Kaya misalnya, latihan harus pake kaos kedodoran, baju dimasukin, pake gesper, pake kaos kaki, sepatu kets/sneakers, pake topi pet. Bayangin ajah, gue dulu pernah main di unit lain aturannya ga seketat ini.Itu baru masalah tentang cara berpakaian. Ada lagi tata cara perlakuan sama alat, misalnya nih, horn bells (moncong alat brass) ga boleh berada dengan posisi tertelungkup ke bawah. Berlaku untuk semua alat brass, mulai dari yang kecil kaya trumpet sampe paling gedhe kaya tuba. Semua harus dibaringin dan dikasi alas pada tiap ujungnya. Itu baru brass contoh sederhananya. Mereka bener2 sayang banget sama alat, tau sendiri beli alat marching itu mahal banget harganya. Banyak efek positif sebenernya dari itu semua. gue salut banget ama mereka.
Dari hasil survey dan pengamatan beberapa pelaku Marching Band, MB UGM adalah salah satu band papan atas di Indonesia. Itu berkat prestasi-prestasi dan keeksistensiannya pada event-event besar di Indonesia. Yang bisa gue inget, progress di ajang bergengsi Grand Prix Marching Band dari tahun 2002, berhasil berada di peringkat 4. Kemudian di tahun 2004 dengan tema "the color of asia" kalo ga salah, berhasil menduduki peringkat 3, dan di tahun 2005 dengan mengambil tema tentang Eropa dengan lagu-lagunya yang khas Eropa, berhasil memukau penonton dan mendapat peringkat 2. Permainan yang apik, hampir semua caption mendapat tempat 3 besar. Solo Percussion dan Marching Manuvering masing2 mendapat peringkat 1, display and showmanship, general effect, color guard, dan music analysis percussion line (mapl) kesemuanya ada di peringkat 2. Tetapi seperti euforia yang tiada habisnya membuat kita terlena dan pada tahun 2007 dengan temanya yang menggelegar "beat with the sense of rock" malah justru merosot tajam turun menjadi peringkat 6. Dan hanya menyisakan satu caption saja yang masuk 3 besar, yaitu music analysis horn line (mahl). Gue amaze banget ama perjuangan anak-anak di 2008. Tema yang diadopsi dari sebuah band di DCI, Cavaliers, pada tahun 2008 juga : Samurai. Diaransemen ulang menjadi sebuah pagelaran yang menarik, dengan mengusung tema "A Hope from Sunrise". Dinamika musik yang sempurna. Tapi tak dibarengi dengan keseimbangan pemain high brass dan eksekusi pada display. Color Guard bermain rapi, meminimalisir rifle dan saber yang jatuh. Alhasil membawa Color Guard MB UGM pada peringkat 3, setelah MB Semen Padang dan MB Bhina Caraka. Hasil akhir di final menempatkan MB UGM di urutan ke-5. Begitulah sekelumit perjalanan MB UGM yang saya tahu.
Masih banyak lagi event-event besar yang diikuti MB UGM baik ajang kompetisi atau bukan. Saya bangga menjadi bagian dari unit ini. Viva Marching Band UGM !!